Jumat, 28 Mei 2010

Papa Baca Keras-keras Ya, Supaya Jessica Bisa Dengar.....

Papa Baca Keras-keras Ya, Supaya Jessica Bisa Dengar.....

Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke rumah, karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting dengan para pemegang saham. Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya Jessica datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil memegang buku cerita baru. Buku itubergambar seorang peri kecil yang imut, sangat menarik perhatian Jessica, “Pa liat”! Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya. Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kacamatanya, kalimat yang keluar hanyalah kalimat basa-basi “Wah,. buku baru ya Jes?”,

“Ya papa” Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya. “Bacain Jessi dong Pa” pinta Jessica lembut, “Wah papa sedang sibuk sekali,
jangan sekarang deh” sanggah Budi dengan cepat. Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius.Jessica bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu “pa, mama bilang papa mau baca untuk Jessi” Budi mulai agak kesal, “Jes papa sibuk, sekarang Jessi suruh mama baca ya” “Pa, mama cibuk terus, papa liat gambarnya lucu-lucu”, “Lain kali Jessica, sana! papa lagi banyak kerjaan” Budi berusaha memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi menit berlalu, Jessica menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi. “Pa,.. gambarnya bagus, papa pasti suka”, “Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI!!” kata Budi membentaknya dengan keras, Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica kecil terkulai, hampir menangis, matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya

“Iya pa,. lain kali ya pa?” Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah.“Pa kalau papa ada waktu, papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger”. Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, buku cerita Peri Imut, belum pernah dibacakan bagi dirinya. Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras “Buukk!!” beberapa tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas kendaraan seorang pemuda mabuk yang melajukan kendaraannya dengan kencang didepan rumah Budi. Tubuh Jessica mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance didatangkan secepatnya, selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih“Jessi takut Pa, Jessi takut Ma, Jessi sayang papa mama” darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat. Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji. Kini yang ada hanyalah penyesalan. Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana,.. pun tidak terpenuhi. Masih segar terbayang dalam ingatan budi tangan mungil anaknya yang memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita,kini sentuhan itu terasa sangat berarti sekali,

“,…papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica bisa denger” kata-kata Jessi terngiang-ngiang kembali. Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan dan kesunyian hati, canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar lagi, Budi mulai membuka buku cerita peri imut yang diambilnya perlahan dari onggokan mainan Jessica di pojok ruangan. Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak. Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil. Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman pertama dan membacanya dengan sura keras, tampak sekali ia berusaha membacanya dengan keras, Ia terus membacanya dengan keras-keras halaman demi halaman, dengan berlinang air mata. “Jessi dengar papa baca ya” selang beberapa kata,.. hatinya memohon lagi “Jessi papa mohon ampun nak” “papa sayang Jessi” Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak kuasa menahan itu Budi bersujut dan menangis,..memohon satu kesempatan lagi untuk mencintai. Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan kita, Ia selalu memberi PERHATIAN kepada kita karena ia peduli kepada kita. ADAKAH “PERHATIAN TERBAIK” ITU BEGITU MAHAL BAGI MEREKA ? BERILAH “PERHATIAN TERBAIK” WALAUPUN ITU HANYA SEKALI Bukankah Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu sangat berharga ? DO IT NOWBerilah “PERHATIAN TERBAIK” bagi mereka yang kita cintai. LAKUKAN SEKARANG !! KARENA HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK MEMPERHATIKAN DENGAN HATI KITA

disini jual ikan segar

Seseorang mulai berjualan ikan segar di pasar. Ia memasang papan pengumuman bertuliskan ”DISINI JUAL IKAN SEGAR”. Tidak lama kemudian datanglah seorang pengunjung yang menanyakan tentang tulisannya.

“Mengapa kau tuliskan kata: DISINI? Bukankah semua orang sudah tahu kalau kau berjualan DISINI, bukan DISANA?”

“Benar juga!” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata “DISINI” dan tinggallah tulisan “JUAL IKAN SEGAR”.

Tidak lama kemudian datang pengunjung kedua yang juga menanyakan tulisannya.

“Mengapa kau pakai kata SEGAR? Bukankah semua orang sudah tahu kalau yang kau jual adalah ikan segar, bukan ikan busuk?"

“Benar juga.” pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata “SEGAR” dan tinggallah tulisan “JUAL IKAN”.

Sesaat kemudian datanglah pengunjung ke tiga yang juga menanyakan tulisannya : “Mengapa kau tulis kata JUAL? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ikan ini untuk dijual, bukan dipamerkan?"

Benar juga pikir si penjual ikan, lalu dihapusnya kata JUAL dan tinggallah tulisan “IKAN”.

Selang beberapa waktu kemudian, datang pengunjung ke 4, yang juga menanyakan tulisannya: “Mengapa kau tulis kata IKAN? Bukankah semua orang sudah tahu kalau ini Ikan bukan Daging?"

“Benar juga” pikir si penjual ikan, lalu diturunkannya papan pengumuman itu. Dan setelah itu, tidak pernah ada pengunjung lagi yang datang membeli ikan di kiosnya.

Renungan:
Bila kita ingin memuaskan semua orang, kita tidak akan mendapatkan apa-apa. Be yourself!

semangkuk mie

Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya.

Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun.

Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang.

Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan.

Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”

” Ya, tetapi, aku tdk membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu

“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai. “Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.

Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi.

Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.

“Adaapa nona?” Tanya si pemilik kedai.

“tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,…

ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah”

“Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata

“Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi utukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”

Ana, terhenyak mendengar hal tsb.

“Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb? Utk semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.

Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia mnguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya.

Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya.

Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang”

Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya.

Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita.

Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.

sesal dan harap

Seorang murid bertanya pada guru nya, “apa itu cinta?” dan guru nya menjawab, “untuk menjawab pertanyaanmu, pergilah ke sawah, pilih lah padi terbesar dan bawa kemari. tapi aturannya: kamu hanya boleh melewatinya sekali saja dan kamu tidak bisa kembali untuk memetiknya apa bila kamu telah melewatinya.

Murid itu pergi ke sawah yang di tunjuk dan melewati padi barisan pertama, dia melihat satu biji padi yang besar, tapi dia berpikir kalau di barisan padi-padi lain mungkin ada yang lebih besar lagi yang sedang menunggu nya. kemudian, ketika ia selesai setengah bagian dari sawah itu, dia mulai tersadar kalau padi yang dia liat sekarang lebih kecil dari pada padi sebelum nya dan dia tahu kalau dia sudah kehilangan padi yang besar itu dan dia tidak bisa kembali untuk memetik nya lagi, setelah itu dia menyesal dan kembali untuk menemui guru nya dengan tangan kosong. Dan gurunya berkata kepada nya,”… itu lah cinta… kamu selalu tetap ingin melihat yang terbaik, tapi setelah kamu sadar kalau di sana tidak ada seorang pun yang seperti dia, kamu sudah kehilangan dia dahulu”.

“Apa itu penikahan kalau begitu?” murid nya bertanya lagi.. Guru nya menjawab “untuk menjawab pertanyaan mu pergilah ke kebun jagung dan pilih lah jagung terbesar yang ada di situ dan datang lah ke sini kembali.. tapi aturannya adalah kamu cuman boleh melewati nya satu kali saja dan tidak dapat kembali lagi ketika kau telah melewati nya”.

Murid pergi ke kebun jagung itu, sekarang dia mulai berhati-hati karena dia tidak ingin melakukan kesalahan yang sama, ketika dia sampai ke tengah-tengah kebun jagung itu, dia memetik satu jagung yang lumayan besar dan dia merasa puas, kemudian dia kembali lagi ke guru nya itu Guru nya berkata kepada nya,” sekarang kau membawa sebuah jagung…kau melihat ini bagus, memiliki iman dan percaya kalau ini adalah yang yang terbaik yang kau dapat kan…itu lah pernikahan..”

---

Penyesalan datang juga ketika kita tidak bisa mempertahankan dan menghargai apa yg sudah kita dapat. Dan harapan akan datang ketika kita bisa mempertahankan dan menghargai apa yang telah kita peroleh selama ini.. dan itu lah salah satu kebahagiaan sesungguhnya…

copyright www.bluefame.com

Kekuatan

Ada kekuatan di dalam cinta,
Orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan keinginannya
Untuk mementingkan diri sendiri.

Ada kekuatan dalam tawa kegembiraan,
Orang tertawa gembira adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah terlarut dengan tantangan dan cobaan.

Ada kekuatan di dalam kedamaian diri
Orang yang dirinya penuh damai bahagia adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah tergoyahkan
Dan tidak mudah diombang-ambingkan.

Ada kekuatan di dalam kesabaran,
Orang yang sabar adalah orang yang kuat
Karena ia sanggup menanggung segala sesuatu
Dan ia tidak pernah merasa disakiti.
Ada kekuatan di dalam kemurahan,
Orang yang murah hati adalah orang yang kuat
Karena ia tidak pernah menahan mulut dan tangannya
Untuk melakukan yang baik bagi sesamanya.

Ada kekuatan di dalam kebaikan,
Orang yang baik adalah orang yang kuat
Karena ia bisa selalu mampu melakukan yang baik bagi sem ua orang.

Ada kekuatan di dalam kesetiaan,
Orang yang setia adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengalahkan nafsu dan keinginan pribadi
Dengan kesetiaannya kepada Allah SWT dan sesama.

Ada kekuatan di dalam kelemahlembutan,
Orang yang lemah lembut adalah orang yang kuat
Karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas dendam.

Ada kekuatan di dalam penguasaan diri,
Orang yang bisa menguasai diri adalah orang yang kuat
Karena ia bisa mengendalikan segala nafsu keduniawian.

...........

Kita memiliki cukup Kekuatan untuk mengatasi segala permasalahan dalam hidup ini.
Dimanapun, seberat dan serumit apapun juga.
Karena cobaan tidak akan pernah dibiarkan melebihi kekuatan kita.

Toples mayonaise

Manakala hidupmu tampak susah untuk dijalani …… manakala 24 jam sehari terasa masih kurang ……”ingatlah toples mayones dan dua cangkir kopi”

Seorang professor berdiri di depan kelas filsafat dan mempunyai beberapa barang di depan mejanya.
Saat kelas dimulai, tanpa mengucapkan sepatah kata, dia mengambil sebuah toples kosong mayones yang besar dan mulai mengisi dengan bola-bola golf. Kemudian dia berkata pada muridnya, apakah toples itu sudah penuh. Mereka menyetujuinya. Kemudian dia mengambil sekotak batu koral dan menuangkannya ke dalam toples. Dia mengguncang dengan ringan. Batu-batu koral masuk, mengisi tempat yang kosong di antara bola-bola golf. Kemudian dia bertanya pada para muridnya, apakah tolpes itu sudah penuh. Mereka setuju bahwa toples itu sudah penuh. Selanjutnya professor mengambil sekotak pasir dan menebarkannya ke dalam toples …… Tentu saja pasir itu menutup segala sesuatunya. Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sudah penuh …… Para murid dengan suara bulat berkata “Yes” …… Profesor kemudian menyeduh dua cangkir kopi dari bawah meja dan menuangkan isinya ke dalam toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong diantara pasir. Para murid tertawa ……
“Sekarang,” kata Profesor ketika suara tawa mereda, “Saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu.”
“Bola-bola golf adalah hal-hal yang penting – Tuhan, keluarga, anak-anak, kesehatan, teman dan para sahabat.”
“Jika segala sesuatu hilang dan hanya tinggal mereka, maka hidupmu masih tetap penuh.”
“Batu-batu koral adalah segala hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah dan mobil.”
“Pasir adalah hal-hal yang lainnya – hal-hal yang sepele.”
“Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dalam toples,” lanjut professor, “Maka tidak ada tersisa ruangan untuk batu-batu koral ataupun untuk bola-bola golf… Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu.”
“Jika kalian menghabiskan energi untuk hal-hal yang sepele, kalian tidak akan mempunyai ruang untuk hal-hal yang penting buat kalian.”
“Jadi …..”
“Beri perhatian untuk hal-hal yang kritis untuk kebahagiaanmu.”
“Bermainlah dengan anak-anakmu.”
“Luangkan waktu untuk check up kesehatan.”
“Ajak pasanganmu untuk keluar makan malam.”
“Akan selalu ada waktu untuk membersihkan rumah dan memperbaiki perabotan.”
“Berikan perhatian terlebih dahulu kepada bola-bola golf – Hal yang benar-benar penting. Atur prioritasmu. Baru yang terakhir, urus pasir-nya.”
Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, “Kopi mewakili apa?”
Profesor tersenyum, “Saya senang kamu bertanya” Itu untuk menunjukkan kepada kalian, sekalipun hidupmu tampak sudah begitu penuh, tetap selalu tersedia tempat untuk secangkir kopi bersama sahabat….”


copyright www.bluefame.com

Lilin

Empat Lilin

Ada 4 lilin yang menyala,
Sedikit demi sedikit habis meleleh

Suasana begitu sunyi sehingga terdengarlah percakapan mereka.

Yang pertama berkata:

“Aku adalah Damai

Namun manusia tak mampu menjagaku: maka lebih baik aku mematikan diriku saja!”

Demikianlah sedikit demi sedikit sang lilin padam.

Yang kedua berkata:

“ Aku adalah Iman

Sayang aku tak berguna lagi.
Manusia tak mau mengenalku,
Utnuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.”

Begitu selesai bicara, tiupan angin memadamkannya.

Dengan sedih giliran Lilin ketiga bicara:

“ Aku adalah Cinta

Tak mampu lagi aku untuk tetap menyala.
Manusia tidak lagi memandang dan mengganggapku berguna.
Mereka saling membenci, bahkan membenci mereka yang mencintainya, membenci keluarganya.”

Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah Lilin ketiga.

Tanpa terduga...

Seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar, dan melihat ketiga Lilin telah padam.
Karena takut akan kegelapan itu, ia berkata:

“ Ekh apa yang terjadi?! Kalian harus tetap menyala, Aku takut akan kegelapan!”

Lalu ia mengangis tersedu-sedu.

Lalu dengan terharu Lilin keempat berkata:

“Jangan takut,
Janganlah menangis,
selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat selalu menyalakan ketiga Lilin lainnya:

Akulah

HARAPAN”


Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Harapan, lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.

Apa yang tidak pernah mati hanyalah HARAPAN yang ada dalam hati kita....

...dan masing-masing kita semoga dapat menjadi alat, seperti sang anak tersebut, yang dalam situasi apapun mampu menghidupkan kembali Iman, Damai, Cinta dengan HARAPAN-nya!!!

copyright www.bluefame.com

Mencintai atau dicintai?

Suatu hari, seseorang yg sedang putus cinta menangis di taman....

Datang seseorang bertanya padanya, "mengapa kamu menangis..?"

Dijawabnya, "aku sangat sedih, kekasihku meninggalkan aku..!"

Orang itu tertawa sambil berkata, "Kamu bodoh sekali.."

Dijawabnya, "Kamu tak punya perasaan atau bagaimana??? Aku sedang putus cinta dan ini sudah cukup menyedihkan. Tak apalah kalau kamu tak membujukku, tp mengapa kamu tega menertawai ku juga...?!"

"Bodoh...! kamu tak perlu sedih, karna yg seharusnya sedih adalah dia!" kata org itu

"Kenapa dia yg bersedih, kan dia yg memutuskan aku???" jawabnya

"Karna kamu hanya kehilangan org yg TAK MENCINTAIMU, tetapi DIA KEHILANGAN ORANG YANG SANGAT MENCINTAINYA" JAWAB ORANG ITU itu
<3 <3 <3

***NOTE***
Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan.
Jangan pula tertarik kepada kekayaannya, karena kekayaan dapat musnah.
Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.
BigGrin.gif Semoga kalian beruntung menemukan orang seperti itu..

copyright www.bluefame.com

Coba tataplah orang terdekat anda ketika sedang tidur

Kalau belum, cobalah sekali saja menatap mereka saat sedang tidur. Saat itu yang tampak adalah ekspresi paling wajar dan paling jujur dari seseorang. Seorang artis yang ketika di panggung begitu cantik dan gemerlap pun bisa jadi akan tampak polos dan jauh berbeda jika ia sedang tidur. Orang paling kejam di dunia pun jika ia tidur sudah tak akan tampak wajah bengisnya.

Perhatikanlah ayah anda saat beliau sedang tidur. Sadarilah, betapa badan yang dulu kekar dan gagah itu kini semakin tua dan ringkih, betapa rambut-rambut putih mulai menghiasi kepalanya, betapa kerut merut mulai terpahat di wajahnya. Orang inilah yang tiap hari bekerja keras untuk kesejahteraan kita, anak-anaknya. Orang inlah rela melakukan apa saja asal perut kita kenyang dan pendidikan kita lancar.

Sekarang, beralihlah. Lihatlah ibu anda. Hmm..kulitnya mulai keriput dan tangan yang dulu halus membelai-belai tubuh bayi kita itu kini kasar karena terpaan hidup yang keras. Oang inilah yang tiap hari mengurus kebutuhan kita. Orang inilah yang paling rajin mengingatkan dan mengomeli kita semata-mata karena rasa kasih dan sayangnya itu sering kita salah artika

Cobalah menatap wajah orang-orang tercinta itu : Ayah, Ibu , suami , istri, kakak, adik, anak, sahabat, semuanya. Rasakan sensasi yang timbul sesudahnya. Rasakan energi cinta yang mengalir pelan-pelan saat menatap wajah lugu yang terlelap itu. Raskan getaran cinta yang mengalir deras ketika mengingat betapa banyaknya pengorbanan yang talah dilakukan orang-orang itu untuk kebagaiaan anda. Pengorbanan yang kadang tertutupi oleh kesalah pahaman kecil yang entah kenapa selalu saja nampak besar.

Secara ajaib Tuhan mengatur agar pengorbanan itu bisa tampak lagi melalui wajah-wajah jujur mereka saat sedang tidur. Pengorbanan yang kadang melelahkan namun enggan mereka ungkapkan. dan Ekspresi wajah ketika tidur pun mengungkapkan segalanya. Tanpa kata, tanpa suara dia berkata : ” betapa lelahnya aku hari ini.” dan penyebab lelah itu ? Untuk siapa dia berlelah-lelah? Tak lain adalah suami yang bekerja keras mencari nafkah dan istri yang
bekerja mengurus dan mendidik anak, juga rumah. Kakak, adik, anak, dan sahabat yang telah melewatkan hari-hari suka dan duka bersama kita.

renungan untuk kita semua…
Resapilah kenangan2 manis dan pahit yang pernah terjadi dengan menatap wajah2 mereka… Rasakan betapa kebahagiaan dan keharuan seketika membuncah jika mengingat itu semua… Bayangkan apa yang akan terjadi jika esok hari mereka ” orang2 terkasih itu ” tak membuka matanya, selamanya


IKAN KECIL DAN AIR

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai.

Kata ayah kepada anaknya : "Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati." Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itu dari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya : "Hai, tahukah kamu dimana air? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati."Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakin gelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa : "Dimanakah air?" Jawab ikan sepuh, "Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu, sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati."

---

Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana-kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya.

Selasa, 18 Mei 2010

wisata di pulau BURU

Pulau BURU pulau eksotik dan bersejarah
















BATU KAPAL
Sejumlah objek wisata alam yang menarik terletak di Kecamatan Kepala Madan sehingga memudahkan wisatawan untuk mengunjunginya karena jaraknya yang berdekatan. Pulau Tumaho sekitar 160 km sebelah barat pusat kota Namlea, tepatnya di Desa Nanali, Kecamatan Kepala Madan. Untuk mencapai Pulau Tumaho anda bisa menggunakan dua alternatif. Pertama jalur darat dengan menggunakan mobil menuju Desa Air Buaya ± 90 km dengan jarak tempu 2 jam, setelah itu anda bisa menyewa speedboat masyarakat setempat dengan harga 700 ribu PP menuju Pulau Tumaho, dengan menggunakan mobil anda bisa mampir sebentar menikmati indahnya Pantai Jikumarasa dan teduhnya Telaga Namniwel di Desa Waiperang. Kedua dengan menggunakan Kapal Motor yang berangkat dari pelabuhan Namlea langsung menuju Pulau Tumaho dengan jarak tempuh 6 jam dan hanya membutuhkan biaya 100 ribu, dengan jalur laut anda bisa menikmati keindahan pantai sepanjang perjalanan.

Pulau dengan luas ±50 ha² ini dikelilingi oleh hamparan pasir putih yang luas membentak mengikuti garis pantai, disepanjang pantai berjejer pohon kelapa yang selingi oleh tanaman Ubi Kayu ( oleh masyarakat setempat dinamakan Kasbi ). Pantai ditepian laut Banda ini sangat cocok untuk menikamati suasana terbenamnya matahari (sunset) sambil berenang anda bisa langsung menikmati pemandangan Gunang Kapalamadan dengan ketinggian ±2490 m diatas permukaan laut yang merupakan gunung tertinggi di P. Buru. Pemandangan ini memberi sensasi tersendiri bagi pengunjung dikawasan ini. Bagaikan seorang gadis desa yang menutup tabirnya bila sengaja diperhatikan, gunung ini akan tertutup kabut seolah malu bila sengaja datang untuk melihatnya. Sambil menikmati suasana pantai anda bisa berolahraga seperti joging, barmainbola, jalan-jalan ataupun bercengkrama dengan keluarga. Bagi pencinta scuba daving anda bisa menikmati keindahan terumbu karang yang membentang mengelilingi pulau yang terkenal asri, anda juga bisa memancing disepanjang selat tumaho karena ditengah laut terdapat sejumlah kapal maupun perahu yang sedang berlayar mencari ikan.


AIR JIN

Terletak berhadapan dengan Pulau Tumaho ±300 m merupakan jenis sungai artesis yang sumber airnya tidak pernah mengering dimusim kemarau, sumber air dan mauranya langsung berhimpitan dengan bibir pantai, Air Jin sudah dikenal luas oleh para nahkoda kapal yang terkenal dengan kesejukan airnya banyak digunakan sebagai sumber air minum bagi para pelaut.
Desa Pasirputih

Pasir PutihTerletak di Pulau Tengan berjarak ± 1 km dari air jin Merupakan tempat peristirahatan yang menyatu dengan alam pedesaan, konsep wisata desa yang menyajikan nuansa pedesaan yang sejuk dan damai dapat mengobati rasa kangen akan suasana pedesaan yang jarang ditemui di masa akan datang. Desa pasir putih terkenal merupakan desa nelayan yang dihuni oleh masyarakat asal Sulawesi Tenggara (Buton) perumahan di sini seluruhnya jenis rumah panggung sambil santai diberanda rumah anda bisa menikmati sinar matahari pagi yang cerah sambil memandang pohon kelapa sepanjang mata, bagi penggila berenang anda bisa langsung menikmati air laut yang bersih dan asri.


DANAU RANA
Danau RanaObjek wisata ini berada tepat dipedalaman Pulau Buru ± 63 km km dan berada pada ketinggian 700 m diatas permukaan laut. Danau rana merupakan danau terbesar di Propinsi Maluku, berada dalam wilayah Kecamatan Air Buaya sangat cocok bagi wasatawan yang suka berpetualang dialam bebas, untuk mencapainya tersedia dua jalur pilihan, pertama perjalanan melalui jalur barat melalui Desa Wamlana Kecamatan Air Buaya, desa yang terletak ± 80 km dari pusat kota Namlea ini bisa anda capai dengan mobil selama 1,5 jam. Selanjutnya dengan menumpang mobil perusahan kayu PT. Gema Hutan Lestari anda memulai pertualangan ke Danau Rana sepanjang ± 43 km dalam perjalanan anda disuguhkan dengan pemandangan alam yang indah, beraneka macam jenis tumbuhan dapat dijumpai disini, anda akan melewati kawasan hutan lindung juga bisa menikmati keindahan desa – desa di pesisir barat pulau buru dari atas gunung secara langsung, anda akan mampir sebentar di cam Waldea tepat di km 21 setelah itu perjalanana dilanjutkan sampai pada km. 40, Dari sini anda akan berpetualang berjalan kaki sepanjang ± 23 km untuk sampai di Pusat Danau Rana, sepanjang perjalanan anda akan melewati beberapa desa yang dihuni oleh masyarakat suku asli Pulau Buru disini anda akan disuguhkan dengan tarian ”sawat” sebagai tanda ucapan selamat datang bagi para tamu. Jalur kedua melewati desa Tifu Kecamatan Leksula. Desa yang terletak di selatan pusat kota Namlea ini hanya dapat ditempuh dengan perjalanan laut menggunakan speedboat dengan jarak tempuh ± 5 jam, tiba di Desa Tifu dengan menggunakan mobil truck anda memulai petualangan ke Danau Rana sepanjang 40 km samapai di desa Waelo, setelah itu perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju pusat Danau Rana ± 6 jam, sama seperti jalur barat disepanjang jalan juga melewati perkampungan masyarakat suku asli Pulau Buru.

Danau Rana terkenal keramat bagi masyarakat sekitarnya, airnya jernih dipenuhi dengan bunga teratai diatasnya, udaranya sejuk. anda bisa menikmati ketenangan Danau Rana dengan menggunakan perahu dengan pemandangan indah di ujung senja itu tampak awan berarak-arak, bergumpal-gumpal menggantung di kanopi langit di atas Danau Rana. Kala bersampan di tengah danau ini, kita seolah merasa jangan-jangan kita ini sudah berada di beranda sorga yang sering digambarkan begitu indah tak terkirakan. Bayangkan saja, pantulan sinar matahari senja memendarkan warna lembayung, udara yang sejuk disisipi awan-awan kelabu kelam serta putih lemah memayungi kepala kita. Memasuki senja angin malam ( oleh masyarakat setempat dinamakan sibu-sibu ) pun datang semilir menyumbui permukaan danau yang mulai kelam. Bila anda ingin berkeliling Danau hanya dengan biaya 100 ribu masyarakat setempat siap mengantar anda berkeliling ke mana saja dengan waktu sepuasnya, anda bisa mengunjungi perkampungan warga yang mengelilingi danau ada dusun Wamamboli, Kaktuan, Erdafa, Warujawa, Waimite, Wagrahi, dan Waireman anda akan disambut dengan senyum ramah masyarakt Buru sekaligus anda bisa mencicipi berbagai jenis ubi-ubian dengan ikan bakar dan colo - colo khas Maluku.

Buru bumi untuk rakyat maju hasil kerja eks tapol

Menjelajahi Negeri Eks Tapol
Diposkan oleh ongen on 01 November 2008
Tak banyak yang tahu tentang keberadaan pulau dengan luas wilayah 12.655 km2 ini. Pulau yang terletak di Barat Ambon ini lebih terkenal dengan eks tapolnya ketimbang potensi kekayaan hasil bumi yang jadi primadona. Buru, demikian nama pulau yang lebih dikenal sebagai sebuah noktah di atas peta kawasan Maluku. Walaupun noktah ini terlahir lebih besar ketimbang Pulau Ambon, "ibu kota Tanah Maluku" keberadaannya tak banyak digubris orang. P. Buru, sebelum Perang Dunia II, merupakan pulau penghasil minyak kayu putih, selain penghasil sagu, yang terkenal di pasar-pasar P. Jawa dengan sebutan "Sagu Ambon". Sagu dari tempat para tapol berada, dikatakan orang sebagai sagu yang terbaik. Tapi karena tandusnya tanah serta teriknya sengatan matahari, membuat pencetakan lahan pertanian menjadi sulit. Belum lagi, jarangnya penduduk, keterbelakangan budaya, jauhnya jarak dari pulau-pulau terdekat, menjadikan P. Buru semakin terisolir. Karena itulah, pemerintah Orba menjadikannya sebagai "penjara" bagi orang-orang tahanan. Buru menjadi sama seperti "Sélong" di jaman VOC (dari kata Ceylon, Srilangka sekarang), atau "nDigul" di jaman Hindia Belanda. Tiga kata itu mempunyai arti setali tiga uang: “buangan”. Tiga tahun sejak Orba berkuasa, Buru dikatakan sebagai "Pulau Tutupan" (tutupan=tahanan), karena identik sebagai pulau tahanan. Di sana, sepanjang tahun 1969 - 1976 telah dibuang sebanyak 11.948 orang tahanan politik terlibat G30S-PKI. Berhubung tempatnya para tahanan, pulau itu dibayangkan dikelilingi kawat berduri. Ben Anderson, seorang Indonesianis asal AS, pernah menggambarkan Pulau Buru sebagai Gulag Tropis. Memang, pulau yang luasnya 12.655 kilometer persegi—lebih luas dari Pulau Bali—itu menyimpan sejarah kelam di zaman Orde Baru. Tetapi, hari ini, Pulau Buru tak seperti 30-an tahun silam. Cara Mencapainya Sore itu, laut di teluk Ambon terlihat tenang. Ditingkahi semilir angin, cuaca pun tampak bersahabat. Dalam kondisi demikian, rencana menjelajahi Pulau Buru yang terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya semakin kuat. Maklum sudah beberapa hari ini kami berkutat dengan berbagai urusan di pulau yang mulai berbenah pasca kerususuhan rasial beberapa tahun silam. Akhirnya, dengan persiapan yang matang, kami pun meninggalkan pelabuhan Gelala di Ambon menuju P. Buru dengan menumpang kapal ferry setelah membayar Rp. 65 ribu/orang. Perjalanan menuju lautan lepas pun dimulai. Mencoba alat transportasi kapal ferry bukanlah pilihan yang tepat. Pasalnya, kapal ini diperuntukkan untuk mengangkut mobil, motor, bis dan truk yang hendak menyeberang serta membawa barang-barang dagangan penduduk. Itu sebabnya, penumpang dengan barang bawaan yang banyak lebih memilih transportasi ini. Hal ini juga yang membuat kapasitas tempat tidur di kapal sangat terbatas. Sehingga jangan heran, demi mendapatkan sebuah tempat tidur, para penumpang rela antri dan tiba lebih pagi di pelabuhan sambil merogoh kocek tambahan sebesar Rp. 10.000/tempat tidur. Bagi mereka yang ingin cepat-cepat sampai di Pulau Buru bisa menggunakan alternatif lain, yakni dengan kapal cepat ataupun pesawat terbang. Untuk kapal cepat, waktu tempuh lebih ringkas. Hanya 3-4 jam perjalanan, kita bisa sampai dengan membayar Rp. 160.000/orang. Kapal cepat ini beroperasi 2 kali sehari, yaitu pagi dan siang hari. Sedangkan dengan pesawat terbang, waktu tempuh hanya 45 menit dengan membayar Rp. 150.000 saja. Namun perlu diingat, jadwal pesawat ke pulau ini hanya 1 kali dalam seminggu, yakni tiap hari Jumat. Dalam perjalanan panjang seperti ini, tempat tidur ataupun lokasi yang sedikit lapang untuk merebahkan diri menjadi penting. Sebab, dua belas hingga lima belas jam ke depan kita akan bergelut dengan ombak laut yang terus bergelora. Bagi penumpang yang tak terbiasa, mabuk laut pasti kerap mendera. Hanya tidur yang membuat suasana menjadi lebih baik, walau gelombang sedang tinggi-tingginya. Berhubung kami datang terlambat, keberadaan tempat tidur telah terisi penuh oleh penumpang yang lebih dahulu tiba. Jadilah kami hanya menempati beberapa buah bangku kosong. Itupun setelah bergerilya ke seantero penjuru kapal. Tepat pukul 17.05 WIT, terompet tanda keberangkatan segera dibunyikan. Para pedagang yang sedari tadi berlalu lalang di lambung kapal mulai meninggalkan jejak. Dari anjungan secara perlahan teluk ambon beserta beberapa kapal nelayan mulai terlihat menjauh seiring laju kapal menuju perairan laut Banda yang terkenal ganas. Saat seperti ini tak banyak yang bisa kami perbuat, selain ngobrol ngalar ngidul dengan sesama penumpang, sembari mencari tempat kosong yang mungkin bisa kami gunakan untuk berbaring saat malam menjelang. Mencoba duduk selama puluhan jam pastilah sangat menyiksa. Selain badan yang mulai lemah, rasa mual akibat ombak laut, membuat kami harus menemukan tempat yang aman untuk berselonjor. Tapi, sampai lewat tengah malam, lokasi aman belum juga ditemukan. Untungnya, saat arlojiku merujuk angka 01.15 WIT, beberapa buah bangku mulai ditinggalkan penunggunya. Mungkin mereka telah mendapatkan tempat yang lebih baik untuk berbaring. Melihat saya yang mulai pusing akibat ombak laut, bapak tua yang ada di depanku segera menawarkan tempat itu. Tanpa pikir panjang segera kuhampiri bangku tersebut. Sejurus kemudian kurebahkan diri sembari membetulkan posisi tidur. Sementara temanku, segera menghambur menuju pojokan lorong yang sudah ditinggalkan penghuninya. “Semoga saja, kapal ini masih ada ketika fajar menjelang”, gumanku lirih seraya menutup mata. Keesokan harinya, sejak pukul 05.00 WIT, kesibukan mulai terasa dikapal ini. Para penumpang yang tadinya tidur, kini mulai berbenah. Toilet yang cuma ada dua pun mulai dijejali penumpang untuk aneka kegiatan, seperti mandi, mencuci dan keperluan sholat. Sejak itulah keruwetan mulai menjelma, makin lama makin riuh, seiring pelabuhan Namlea, ibukota Kabupaten Buru mulai tampak diujung sana. Tepat pukul 09.10 WIT, kapal Ferry yang kami tumpangi merapat di pelabuhan setelah bertarung puluhan jam dengan ganasnya laut. Dari sini, tujuan selanjutnya adalah tempat penginapan, yang terletak di Pasar Namlea. Dengan menumpang ojek dan membayar Rp. 5.000 kita akan diantar menuju hotel yang sesuai dengan keinginan kita. Namun, pengunjung tak perlu khawatir, sebab sewa kamar di pulau ini cukup terjangkau, bervariasi dari kisaran Rp.50.000 – Rp.250.000/ kamar Potret Kelam Pulau Buru Pulau Buru di masa Orde Baru terkenal sebagai tempat pembuangan tahanan politik yang terlibat PKI. Pramoedya Ananta Toer salah satunya. Sastrawan terkenal yang pernah mendekam di pulau ini pun sempat menghasilkan empat buah novel yang dikenal sebagai karya masterpiecenya. Selain itu, luka mendalam masih meliputi pulau ini, akibat konflik horizontal bernuansa SARA beberapa tahun lalu yang menjalar dari pulau tetangga, Ambon. Kedua masa itu meninggalkan luka tak tersembuhkan. Bedanya, jika yang pertama pelaku dan korbannya jelas, sementara yang kedua, tidak jelas siapa pelakunya, sedangkan korbannya jelas, yakni masyarakat sekitar. Kejadian ini terus menjadi kenangan pahit dan trauma mendalam bagi yang mengalaminya. Banyaknya bangunan yang hancur atau terbakar adalah bukti atas luapan emosi para perusuh. Meski yang menerima akibatnya bukan hanya fisik bangunan, tapi wilayah secara keseluruhan, bisa dipastikan sektor infrastruktur di kabupaten ini mati. Pembangunan tak berjalan. Walaupun bukan sektor andalan, daerah yang populer sebagai penghasil minyak kayu putih ini merasakan kehilangan dari lapangan usaha konstruksi. Pada awal berdiri sebagai daerah otonom tahun 1999, perputaran uang dari lapangan usaha ini sekitar 14 persen. Pada tahun berikutnya, saat kerusuhan terjadi, nilainya anjlok sampai 2,3 persen. Berikutnya, nilainya terus menyusut hingga terakhir tahun 2002 yang diraih sektor ini hanya dua persen. Sepertinya tak ada yang berniat membangun atau sekadar merenovasi rumah atau bangunan yang rusak. Mengungsi menjadi prioritas utama. Lahan-lahan pertanian tanaman pangan dan perkebunan yang ditinggal pemiliknya menjadi sektor lain yang terpinggirkan. Padahal, kedua sektor itu andalan kabupaten ini. Apalagi, hampir 60 persen penduduk pulau ini bermata pencarian petani, sedang sisanya melaut. Lumbung pangan Cuaca begitu terik sewaktu kami menjejakkan diri di pulau yang terlihat gersang ini. Tapi, ketika kita melongok ke salah satu unit, tempatnya kaum transmigran berada, bentangan sawah yang terhampar hijau segera menyapa. Batang-batang padi dan pondok peristirahatan para petani menjadi pertanda kehidupan pulau ini. Sawah-sawah itu ibarat oase di tengah padang yang dipenuhi pohon kayu putih. Buru juga dikenal sebagai sentra produksi beras di Provinsi Maluku. Meski areal yang terpakai untuk sawah tak seluas perkebunan, sumbangsih yang dihasilkannya cukup besar, berada di peringkat kedua setelah perkebunan. Itu yang membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengunjungi daerah ini setahun silam untuk melakukan panen raya disana. Kalau mau melihat Buru yang berbeda, datanglah ke Kec. Waeapo. Saat memasukinya, pemandangan pertama yang menyergap mata adalah bentangan petak-petak sawah. Saluran irigasi dengan air yang melimpah membelah di tengah persawahan. Demikian pula rumah-rumah penduduk dan pertokoan yang tertata rapi di sepanjang jalan utama. Berkeliling di kawasan itu, barangkali serasa di Pulau Jawa. Bukan saja dari sisi kontur tanah dengan hamparan lahan pertanian, tetapi sebagian besar penduduknya adalah orang- orang Jawa, yakni transmigran yang datang sekitar tahun 1980 maupun eks tapol yang justru lebih dulu membuka daerah itu pada tahun 1970. Pusat keramaian Waeapo berada di Mako (berasal dari kata Markas Komando). Dari Namlea, ibu kota Kabupaten Buru, jaraknya sekitar 38 kilometer yang ditempuh sekitar satu jam. Infrastruktur jalan darat Namlea-Mako boleh dibilang yang terbaik dibanding ruas jalan lain di pulau itu. Bahkan, di sejumlah kecamatan, sarana jalan masih berupa tanah dan penuh lubang. Beberapa sungai belum ada jembatan, sehingga kendaraan yang ingin ke seberang harus melewatinya, itu pun harus menunggu air surut. Di daerah Mako, sejumlah petani tampak asyik membajak sawah menggunakan kerbau atau traktor. Saat itu, petani sedang memasuki masa tanam pertama untuk periode tanam 2007-2008 pasca panen raya. Mako tumbuh menjadi sentra pertanian bagi Provinsi Maluku. Pulau Buru yang dulu dikenal menjadi pulau buangan, kini menjadi lumbung padi bagi propinsi itu. Sawah-sawah begitu subur terlebih didukung sistem pengairan yang baik. Sebuah waduk kini tengah dibangun di sana. Dalam satu kali musim panen, sawah-sawah di Waeapo mampu menghasilkan 29.000 ton gabah kering, setara dengan sekitar 16.000 ton beras. Menurut para petani, dalam setahun ada tiga kali panen. Rata-rata setiap hektar menghasilkan beras sekitar 3-4 ton. Ternyata produk pertanian Buru yang diperdagangkan tidak mengalami pengolahan. Seusai panen, pedagang pengumpul datang membeli, selanjutnya dijual kembali ke pedagang besar. Setelah itu, distribusi produk pertanian dan perkebunan disalurkan secara massal, melalui Namlea, pelabuhan utama barang dan penumpang. Peran Eks Tapol Bentangan sawah luas yang tercipta ternyata tidak terjadi dengan sendirinya. Ada tangan-tangan perkasa yang mengubahkan semua itu. Ya, itulah tangan-tangan para tapol yang dipaksa bekerja keras siang dan malam. Menurut Gatot (55), mantan tapol asal Kediri yang menetap di Unit VI; para eks tapol-lah yang pertama membuka kawasan sawah disana. Menurut Gatot, saat ditempatkan di Pulau Buru tahun 1971, kondisi Mako masih berupa hutan belantara dan rawa. Pohon sagu, kayu putih, dan rumput menjadi tanaman yang paling banyak tumbuh. Ada pula pohon-pohon besar yang berdiameter 4-6 m. Dengan menggunakan peralatan seadanya, para tapol itu mulai membuka lahan. Pohon-pohon besar ditebangi. Sisa-sisa akar pohon yang ukurannya sangat besar juga dibersihkan. Dari jerih payah ini kemudian dilanjutkan oleh para transmigran. Kini areal persawahan di Unit VI mencapai 1.255 ha dari 10.822 ha potensi keseluruhan lahan sawah di Pulau Buru Dari luasan tersebut, 6.000 hektar sawah sudah digarap oleh warga transmigran maupun penduduk asli. Setelah para tapol dibebaskan dan sebagian besar pulang ke Jawa tahun 1980, lahan yang mereka buka dijadikan areal program transmigrasi. Para transmigran pun didatangkan, baik yang berasal dari Jawa maupun transmigran lokal yang merupakan warga asli P. Buru. Ada sekitar 300-an tapol yang tak mau pulang ke Jawa. Mereka malah mendaftar menjadi transmigran. Pasalnya, merasa betah tinggal di Pulau Buru atau merasa tak punya harapan lagi di Jawa; karena keluarga sudah tercerai-berai, meninggal, atau istri-istri mereka telah menikah dengan orang lain. Sebagai transmigran, para eks tapol mendapatkan lahan seluas 2 hektar: 1 hektar lahan sawah, ¾ hektar lahan kering, dan ¼ hektar halaman yang kemudian dijadikan areal rumah. Upaya yang dirintis para tapol tersebut kini telah membuahkan hasil. Minyak Kayu Putih Pengunjung yang meninggalkan Buru biasanya tak pernah lupa membawa oleh-oleh berupa minyak kayu putih. Sebagai salah satu penghasil minyak kayu putih dengan kualitas terbaik di Maluku, pohon kayu putih bisa ditemui cukup banyak di hutan-hutan Pulau Buru, khususnya di Kecamatan Namlea, Waplau, dan Waeapo. Tidak pernah diketahui pasti sejak kapan tanaman kayu putih mulai disuling menjadi minyak di Pulau Buru, yang sampai saat ini terkonsentrasi di wilayah Kecamatan Buru Utara Timur dan Buru Utara Barat. Menurut penduduk setempat, penyulingan sudah beroperasi sejak penjajahan Jepang. Hingga saat ini tanaman kayu putih tidak dibudidayakan secara khusus. Tumbuhan ini hidup alami di hutan atau lahan milik penduduk. Total lahan pohon kayu putih diperkirakan 120.000 hektar dengan kisaran kerapatan 100-160 pohon per hektar. Pada lokasi-lokasi yang daun kayu putihnya dipanen intensif, tinggi pohon sekitar 1-2 meter. Adapun pada lokasi yang kurang terjamah, pohon bisa mencapai ketinggian 10-20 meter. Pengolahan daun kayu putih menjadi minyak oleh penduduk menggunakan teknik penyulingan sederhana dan biasanya dilakukan langsung di lokasi tempat pohon berada. Saat kami berkunjung ke salah satu sentra produksi minyak kayu putih, tepatnya di Desa Ubung, kecamatan Namlea. Kami bertemu dengan Lamua (30), pria paruh baya yang sudah 15 tahun bergelut dengan kayu putih. Saat itu dia terlihat sibuk menyuling minyak kayu putih yang dialirkan dalam 2 buah wadah besar. Menurutnya, menyuling minyak kayu putih tidaklah sulit, hanya waktu yang relatif panjang menjadi kendalanya. Pasalnya untuk menghasilkan 2,5 liter minyak kayu putih murni, kita harus menunggu hingga 6 jam. Sehingga dalam sehari dia hanya bisa melakukan penyulingan sebanyak dua kali. Sebelumnya, untuk perlakuan awal, wadah yang biasa disebut ketel dibersihkan dari sisa penyulingan terdahulu. Kemudian api pembakaran disiapkan, diiringi dengan pemberian air pada wadah yang berfungsi sebagai pendingin. Lalu tunggu beberapa saat! Ketika tungku telah siap, daun pohon kayu putih yang telah dikumpulkan beberapa hari sebelumnya dimasukkan ke dalam ketel yang mampu menampung puluhan kilo daun. kemudian ketel tersebut di tutup rapat. Namun, di sebuah sisi ketel, akan disambungkan dengan selang yang berfungsi untuk mengalirkan hasil penyulingan tersebut. Dan Selanjutnya di bagian akhir pada wadah kedua, sebuah selang kembali dialirkan pada jerigen kecil untuk menampung hasil murni penyulingan minyak kayu putih. Di kabupaten buru, sepanjang jalan ke Namlea kita akan menemukan ribuan pohon kayu putih. Sayangnya, pohon kayu putih itu tidak terawat, sehingga jumlah minyak yang dihasilkan tidak menentu. Layaknya tanaman liar, tidak ada yang mencegah pohon kayu putih terjangkit hama atau memberantasnya. Jarang sekali dilakukan pemangkasan gulma yang mengganggu tanaman induk. Bahkan di saat-saat tertentu akibat cuaca panas, tak sedikit pohon kayu putih yang habis dilalap si jago merah. Pulau Buru memang sangat dikenal sebagai produsen minyak kayu putih terbaik. Selain karena luasan lahan tanaman kayu putih, topografi pegunungan dengan dominasi iklim kering menjadikan minyak kayu putih P. Buru diakui berkualitas baik. Oleh karena itu, kalau singgah ke Pulau Buru, jangan lupa membawa cendera mata minyak kayu putih yang katanya masih tetap nomor satu. “Ini ‘tanda mata’ yang sah saat menginjak Pulau Buru, mas!”, ujar seorang tukang ojek yang jadi pemandu kami. Ah..., puas rasanya bisa menjelajahi negeri para eks tapol yang ternyata memiliki potensi sebagai lumbung pangan bagi Propinsi Maluku. Keindahannya masih tetap sama, bahkan sejak 30 tahun silam. Tak salah jika seorang penyair menyebutkan pulau ini sebagai pulau buangan yang penuh harapan. sumber : http://kelana-tambora.blogspot.com/2007_09_01_archive.html

menyambangi INA KABUKI

Diposkan oleh ongen on 01 November 2008
Kapal cepat ML Express Bahari melaju kencang meninggalkan kota Ambon, memecah dan membelah ombak yang semakin membesar menuju kota Namlea, Kabupaten Buru Maluku. Laut yang jernih, angin dan ombak yang bersahabat menambah nikmatnya perjalanan. Kapal pun menyisiri sejumlah pulau-pulau kecil yang ada di sepanjang perjalanan. Hanya dalam waktu sekitar empat jam, kami sudah memasuki perairan Teluk Kayeli, pelabuhan Kota Namlea. Teluk Kayeli yang tenang tampak membisu. Tidak jauh dari pelabuhan itu terlihat lahan-lahan tandus berbukit, juga savana yang dipenuhi ilalang dan pohon-pohon kayu putih yang dipangkas kerdil. Sungguh eksotis. Ini mengingatkan pada pulau kelahiran saya, Flores. Namlea pulau kecil ini terkesan gersang, kering, dan miskin. Layaknya pulau-pulau kecil di kawasan Indonesia Timur yang jarang disinggahi kapal-kapal penumpang, suasana pelabuhan pun cukup ramai hanya di saat kapal akan berlabuh dan buang sauh. Menjelang senja, menyaksikan matahari terbenam dari perbukitan adalah keindahan tersendiri. Keindahan ini makin nikmat diiringi kicauan burung, kokok ayam kampung dan kerit jangkrik yang bersahutan merdu. Selain indah dan tenang, Teluk Kayeli juga menguarkan aroma tersendiri, yakni minyak kayu putih. Nuansa ini seperti menyeret kita ke dalam ruang alam tersendiri. Ketenangan dan kebisuan Teluk Kayeli yang luas dan indah ini, seakan-akan seperti pelabuhan armada yang sudah berabad-abad ditinggalkan. Demikian Pramoedya Ananta Toer melukiskannya dalam Nyanyi Sunyi Seorang Bisu. Selain itu, Teluk Kayeli juga menyisakan mitos. Rakyat Buru meyakini adanya Ina Kabuki, ratu yang bertahta di dasar Teluk Kayeli. Selain itu, mereka juga mengenal tokoh Boki Ronja(ng) dan sejumlah adat pamali (semacam larangan sesuai tradisi lokal). Hampir setiap hari, kapal cepat yang kami tumpangi itu singgah dan pergi dari teluk tersebut sehingga memudahkan warga Buru bepergian. Walaupun dengan tiket yang agak mahal sekitar Rp 150.000, tetapi sudah menghemat waktu sekitar enam jam dari Ambon. Puluhan tahun yang lalu perjalanan laut dari Ambon ke Namlea memakan waktu kurang lebih 10 jam dengan menggunakan kapal motor milik para nelayan atau kapal ferry. Dengan menumpang sebuah minibus, kami menuju Hotel Grand Sara, Namlea, sebuah hotel yang baru beberapa tahun dibangun, menyusul pemekaran Buru dari kecamatan menjadi kabupaten. Karenanya bisa dimaklumi bila fasilitas hotel maupun sejumlah penginapan lainnya masih seadanya. Di Kota Namlea, hampir tak ada kendaraan umum. Tetapi jangan khawatir karena ojek banyak berseliweran sebagai alat transportasi warga. Namun itu tidak berarti sulit mendapatkan kendaraan untuk mengunjungi kawasan-kawasan wisata di sekitar kota Namlea. Kayu Putih Apa yang bisa diburu di Pulau Buru? Pulau yang dulu identik sebagai tempat pembuangan tahanan politik pemerintahan Orde Baru itu, menyisakan banyak hal yang bisa dieksplorasi. Kekhasan Pulau Buru adalah produksi minyak kayu putih tradisionalnya. Tentang minyak kayu putih ini, bisa menjadi sebuah tujuan wisata pedesaan yang sangat menarik. Tradisi yang sudah turun temurun selama ratusan tahun tersebut, ternyata tidak hanya menggambarkan sebuah teknologi statis sederhana untuk mendapatkan minyak kayu putih tetapi juga menggambarkan hubungan dalam "sebuah keluarga". Menurut Yusuf Kau (50) seorang penyuling, dua tungku bersama ketel dan tempat pengeluaran minyak hasil suling, mempunyai arti sendiri yang belakangan dilupakan sebagian besar produsen minyak kayu putih. "Membuat minyak kayu putih ini tidak hanya menyuling tetapi mempunyai arti kehidupan. Kalau dalam rumah tangga ada bapak, ibu dan anak, demikian juga dengan sepasang tunggu dan tangki penyulingan tersebut. Ketika kami masih kecil proses penyulingan ini tidak bisa dilihat bebas," tutur Yusuf Kau, yang tinggal tepat di bibir pantai Teluk Kayeli. Hal itu karena, lanjutnya, proses penyulingan itu, bisa diibaratkan sebagai proses hubungan suami-istri. Hingga kini, Yusuf dan beberapa temannya, secara bergiliran menggunakan sebuah tungku dan ketel penyulingan di pinggiran Namlea dengan tetap mempertahankan tradisi tersebut. Tradisi ini dipegang kuat sebagian produsen minyak kayu putih tradisional. Hanya saja belakangan, minyak kayu putih diproduksi secara massal dengan menjalankan teknologi industri terkini. Ini pula yang menyebabkan beberapa produk minyak kayu putih mempunyai kualitas yang berbeda. Kendati demikian, orang Buru memiliki cara sendiri menakar kadar kemurnian minyak kayu putih. Ada yang mengocok botolnya dan melihat reaksi busanya. Ada yang membuka dan memasang matanya tepat di mulut botol untuk mengetahui tingkat kepedasannya. Ini bisa juga dilakukan dengan melihat tingkat kepedasan dari jenis ketel penyulingan yang digunakan untuk menghasilkan minyak. Kota Namlea terletak di pesisir Teluk Kayeli dilihat dari perbukitan. Kota yang menyimpan sejarah yang panjang tersebut perlahan-lahan mulai berkembang dan ramai, namun masih sangat sepi di malam hari. Jikumarasa Sebelah barat sekitar 20 menit perjalanan bus dari kota Namlea, terdapat sebuah pantai pasir putih yang dipenuhi pecahan-pecahan karang berukuran kecil. Dikenal sebagai Pantai Jikumarasa, pantai itu terletak di kawasan Kecamatan Namlea. Nyiur yang melambai dan desahan ombak kecil di bibir pantai, semakin menambah indahnya Jikumarasa. Aktivitas mencari siput, berjemur atau berenang di pantai ini, menjadi kegiatan yang menyenangkan. Pantai sepanjang kira-kira 3 kilometer tersebut tentu akan semakin menyenangkan apabila diperlengkapi rumah-rumah peristirahatan, sekadar tempat berlindung dari panasnya matahari. Tidak jauh dari Jikumarasa, masih dalam wilayah Kecamatan Namlea, terdapat sebuah telaga danau tawar Namniwel yang dikelilingi pohon-pohon kelapa dan kayu putih. Namniwel dalam bahasa setempat berarti dikelilingi pohon-pohon kelapa. Rupanya, etimologi dan hakikat, berkait erat. Telaga yang masih alami tersebut juga menjadi tujuan wisata keluarga warga kota Namlea dan daerah sekitarnya. Luas telaga yang tenang ini mencapai 3.000 hektare (ha). Bagi masyarakat sekitar, danau ini juga dijadikan tempat memancing ikan mujair, nila dan mas. Rumah-rumah kecil dan jembatan kayu semakin menambah keasrian telaga Namniwel yang dikelilingi bukit-bukit berwarna hijau kekuningan penuh pepohonan dan ilalang. Konon kabarnya, selama bertahun-tahun telaga ini tidak diketahui keberadaannya oleh masyarakat karena dikelilingi ilalang yang sangat lebat dan kepungan pepohonan. Masih banyak kawasan di Pulau Buru yang bisa dikunjungi sekaligus menjadi simbol napak tilas perjalanan penderitaan, keterasingan dan kekerasan yang menimpa lebih dari 10.000 tahanan politik yang pernah dibuang di pulau ini. Perjalanan darat Namlea adalah sebuah petualangan yang penuh tantangan nan indah dengan pemandangan savana eucaliptus yang membentang luas sejauh mata memandang. Seperti apa sebetulnya tempat pembuangan para tahanan politik itu di Pulau Buru? Tidak ada tempat bertembok bagi para tahanan dimaksud, yang ada adalah wilayah bernama Desa Savana Jaya. Wilayah ini lumayan luas dan para tahanan politik seperti Pramoedya Ananta Toer, Hasyam Rachman, Tom Anwar, 'ditahan' di area tersebut, untuk setiap hari mengerjakan pekerjaan seperti bertani dan meladang. Di tempat inilah, lahir karya novel Pramoedya diantaranya Bumi Manusia, Tahanan Politik Pulau Buru (1969-1979) dan beberapa buku yang mengulas tentang penderitaan para yugun ianfu asal Pulau Jawa. Kini perlahan, Pulau Buru mulai bangkit, menepis stigma yang keliru kendati tetap menyimpan sejarah panjang. Rasanya, ingin tetap tinggal di Pulau Buru, menyambangi Ina Kabuki dan teluknya yang indah serta mengeksplorasi misteri lainnya yang masih tersimpan. Sumber : http://kulinerkita.multiply.com/photos/album/181/Ina_Kabuki